Breaking News
Loading...

Game Reviews

Tech News

New Design

Recent Post

Selasa, 17 Mei 2016
Cerita Dewasa | Istri Anak Buah Ku

Cerita Dewasa | Istri Anak Buah Ku

CeritaDewasa - Ketika aku mencari Lidya dengan pandanganku, dia juga sedang mencuri pandang padaku sambil tersenyum. Pak Arief tampak sedang mengobrol dengan tamu yang lain. Memang payah juga bapak yang satu ini, tidak bisa membahagiakan istrinya.

Lidya kemudian berjalan mengambil hidangan, dan akupun pura-pura menambah hidanganku. Lid.. Kita terusin ngobrolnya di luar yuk” ajakku berbisik padanya “Nanti saya dicari suami saya gimana Pak..” “Bilang aja kamu sakit perut.




Pergi ke toilet. Aku tunggu di luar”Kataku sambil menahan nafsu melihat lehernya yang putih jenjang, dan lengannya yang berbulu halus Tak lama Lidya pun keluar ruangan resepsi menyusulku. Kamipun pergi ke lantai di atas, dan menuju toilet. Aku berencana untuk bermesraan dengan dia di sana. Kebetulan aku tahu suasananya pasti sepi. Sebelum sampai di toilet, ada sebuah ruangan kosong,, sebuah meeting room, yang terbuka. Wah kebetulan nih, pikirku.

Kutarik Lidya ke dalam dan kututup pintunya. Tanpa basa-basi lagi, aku cium bibirnya yang indah itu. Lidya pun membalas bergairah. Tangankupun bergerak merambahi buah dadanya, sedangkan tanganku yang satu mencari kaitan retsleting di belakang tubuhnya. Kulepas gaunnya sebagian sehingga tampak buah dadanya yang ranum hanya tertutup BH mungil berwarna krem. Kuciumi leher Lidya yang jenjang itu, dan kusibakkan cup BHnya kebawah sehingga buah dadanya mencuat keluar. Langsung kujilati dengan rakus buah dada itu, aku hisap dan aku permainkan putingnya yang sudah mengeras dengan lidahku. “Oh.. Pak Kane..” desah Lidya sambil menggeliat. “Enak Lid..

“Enak Pak.. Terus Pak..” desahnya lirih. Tangankupun meraba pahanya yang mulus, dan sampai pada celana dalamnya. Tampak Lidya sudah begitu bergairah sehingga celananya sudah lembab oleh cairan kewanitaannya. Lidya pun kemudian tak sabar dan membuka kancing kemeja batikku.

Dicium dan dijilatinya putingku.. Lalu terus ke bawah ke perutku. Kemudian dia berlutut dan dibukanya retsleting celanaku, dan tangannya yang lentik berbulu halus itu merogoh ke dalam mengeluarkan kemaluanku dari celana dalamnya. Memang kami sengaja tidak mau telanjang bulat karena kondisi yang tidak memungkinkan. “Ohh.. Besar sekali Pak Kane.

VIDEO : I Fucked My Wife Friend

Lidya suka..” katanya sambil mengagumi kemaluanku dari dekat. “Memang punya suamimu seberapa?” tanyaku tersenyum menggoda. “Mungkin cuma separuhnya Pak Kane.. Oh.. Lidya suka..” katanya tak melanjutkan lagi jawabannya karena mulutnya yang mungil itu sudah mengulum kemaluanku. “Enak Pak?” tanyanya sambil melirik nakal kepadaku.

Tangannya sibuk meremas-remas buah zakarku sementara lidahnya menjilati batang kemaluanku. “Enak sayang.. Ayo isap lagi” jawabku menahan rasa nikmat yang menjalar hebat. sementara kedua tangannya meremas-remas pantatku. Sangat sexy sekali melihat pemandangan itu

Seorang wanita cantik yang sudah bersuami, bertubuh padat, sedang berlutut didepanku dengan pipi yang menggelembung menghisap kemaluanku. Terlebih ketika kemaluanku keluar dari mulutnya, tanpa menggunakan tangannya dan hanya menggerakkan kepalanya mengikuti gerak kemaluanku, Lidya mengulumnya kembali. “Hm.. tongkol bapak enak banget.

Lidya suka tongkol yang besar begini” desahnya. Tiba-tiba terdengar bunyi handphone. Lidya pun menghentikan isapannya. “Iya Mas.. Ada apa?” jawabnya. “Lho Mas udah pikun ya.. Khan Lidya tadi udah bilang.. Lidya mau ke toilet.. Sakit perut.. Gimana sih” Lidya berbicara kepada suaminya yang tak sabar menunggu. Sementara tangan Lidya yang satu tetap meraba dan mengocok kemaluan atasan suaminya ini. “Iya Mas.. Mungkin salah makan nih.. Sebentar lagi Mas.. Sabar ya..

HOT : Foto Spg Honda Bugil

Kemudian tampak suaminya berbicara agak panjang di telpon, sehingga waktu tersebut digunakan Lidya untuk kembali mengulum kemaluanku sementara tangannya masih memegang handphonenya. “Iya Mas.. Lidya juga cinta sama Mas..” katanya sambil menutup telponnya. “Suamiku sudah nunggu. Tapi biarin aja deh dia nunggu agak lama, soalnya Lidya pengin puas dulu”.

Sambil tersenyum nakal Lidya kembali menjilati kemaluanku. Aku sudah ingin menikmati kehangatan tubuh wanita istri bawahanku ini. Kutarik tangannya agar berdiri, dan akupun tiduran di atas meja meeting di ruangan itu. Tanpa perlu dikomando lagi Lidya menaiki tubuhku dan menyibak gaun dan celana dalamnya sehingga vaginanya tepat berada di atas kemaluanku yang sudah menjulang menahan gairah.

Lidya kemudian menurunkan tubuhnya sehingga kemaluankupun menerobos liang vaginanya yang masih sempit itu. “Oh.. My god..” jeritnya tertahan. Kupegang pinggangnya dan kemudian aku naik-turunkan sehingga kemaluanku maju mundur menjelajahi liang nikmat istri cantik Pak Arief ini.

Kemudian tanganku bergerak meremas buah dadanya yang bergoyang saat Lidya bergerak naik turun di atas tubuhku. Sesekali kutarik badannya sehingga buah dadanya bergerak ke depan wajahku untuk kemudian aku hisap dengan gemas. “Ohh Pak Kane.. Bapak memang jantan..” desahnya “Ayo Pak.. Puaskan Lidya Pak..” Lidya berkata sambil menggoyang-goyangkan badannya maju mundur di atas kemaluanku.

SPONSOR : Agen Poker Online Terpercaya - 54dewapoker.org

Setelah itu dia kembali menggerakkan badannya naik turun mengejar kepuasan bercinta yang tak didapatkan dari suaminya. Setelah beberapa menit aku turunkan tubuhnya dan aku suruh dia menungging sambil berpegangan pada tepian meja. Aku sibakkan gaunnya, dan tampak pantatnya yang putih menggairahkan hanya tertutup oleh celana dalam yang sudah tersibak kesamping. Kuarahkan kemaluanku ke vaginanya, dan langsung kugenjot dia, sambil tanganku meremas-remas rambutnya yang ikal itu.

“Kamu suka Lid?” kataku sambil menarik rambutnya ke belakang. “Suka Pak.. Kane.. Suka..””Suamimu memang nggak bisa ya” “Dia lemah Pak.. Oh.. God.. Enak Pak.. Ohh” “Ayo bilang.. Kamu lebih suka ngent*tin suamimu atau aku” tanyaku sambil mencium wajahnya yang mendongak ke belakang karena rambutnya aku tarik.

Lidya lebih suka dient*tin Pak Kane.. Pak Kane jantan.. Suamiku lemah.. Ohh.. God..” jawabnya. “Kamu suka tongkol besar ya?” tanyaku lagi “Iya Pak.. Oh.. Terus Pak.. Punya suamiku kecil Pak.. Oh yeah.. Pak Kane besar.. Ohh yeah oh.. God. Suamiku jelek.. Pak Kane ganteng. Oh god. Enakhh..” Lidya mulai meracau kenikmatan. “Oh.. Pak.. Lidya hampir sampai Pak.. Ayo Pak puaskan Lidya Pak..” jeritnya. “Tentu sayang.. Aku bukan suamimu yang lemah itu..” jawabku sambil terus mengenjot dia dari belakang.

Tangankupun sibuk meremas-remas buah dadanya yang bergoyang menggemaskan. “Ahh.. Lidya sampai Pak..” Lidya melenguh ketika gelombang orgasme menerpanya. Akupun hampir sampai. Kemaluanku sudah berdenyut- denyut ingin mengeluarkan laharnya. Kutarik tubuh Lidya hingga dia kembali berlutut di depanku. Kukocok-kocok kemaluanku dan tak lama tersemburlah spermaku ke wajahnya yang cantik.

BACA JUGA : KISAH GADIS KECIL YANG MALANG

Kuoles- oleskan sisa-sisa cairan dari kemaluanku ke seluruh wajahnya. Kemudian Lidya pun mengulum dan menjilati kemaluanku hingga bersih. “Terimakasih Pak Kane.. Lidya puas sekali” katanya saat dia membersihkan wajahnya dengan tisu. “Sama-sama Lidya. Saya hanya berniat membantu kok” jawabku sambil bergegas membetulkan pakaianku kembali.

“Ngomong-ngomong, kamu pintar sekali blowjob ya? Sering latihan?” tanyaku. Lidya sering lihat di VCD aja Pak. Kalau sama suami sih jarang Lidya mau begitu. Habis nggak nafsu sih lihatnya” Wah.. Kasihan juga Pak Arief, pikirku geli.
Senin, 16 Mei 2016
Cerita Dewasa | OBAT PERANGSANG

Cerita Dewasa | OBAT PERANGSANG

CeritaDewasa - Sebelumya perkenalkan namu ku, sebut saja Brian, berumur 23 tahun, sudah menikah dan mempunyai 1 anak. Aku bekerja disebuah perusahaan konsultan IT sebagai Senior Consultant.Aku orangnya suka berpetualang untuk urusan Seks dan kebetulan Bosku tahu soal ini, sehingga suatu saat ketika dia liburan ke Amerika, dia memberiku oleh-oleh obat perangsang dan obat kuat. katakanlah namanya obat perangsang Libido-max dan Vimax.


Bentuknya seperti kapsul dengan bungkus luar gel seperti minyak ikan. karena penasaran aku pernah mengguntingnya dan ternyata isinnya cair, berwarna coklat kehijau-hijauan. pernah aku mencoba mencampurnya kedalam air putih, ternyata air menjadi hijau dan sedikit ada bau rempah-rempah.
karena bentuk dan isinya yang seperti itu, aku jadi bingung bangaimana meminumkan ke orang tanpa sepengetahuannya, akhirnya aku menemukan jawaban, yaitu dicampurkan ke whisky.

Mulai otak jahatku berpikir keras, mau dicoba ke siapa yah?. akhirnya aku ketemu ide, kebetulan salah satu client (perusahaan Oil & Gas) yang aku pegang mempunyai seorang purchasing cewek yang cantik tapi orangnya judes sekali cewek itu namanya Nana, single, beumur sekitar 22 tahun.

Temen2nya secara diam2 menjulukinnya si perawan baru, mungkin karena terlalu judes itu sehingga tidak ada laki2 yang berani mendekatinnya walaupun dia memiliki wajah cantik, putih mulus, tinggi sekitar 162 cm dengan ukuran dada sekitar 34B (menurut tebakanku).

Aku jadi malu iseng untuk sering2 mengajaknya ngobrol walaupun kadang2 mendapat jawaban yang judes. Aku mulai memancing2 dengan berbagai cara untuk mengetahui apa hobbynya, apa acaranya pada saat week end dan lain2. Dan ada hasil yang cukup menggembirakan yaitu dia suka main bilyard cafe, sebut saja namanya Nine Ball Cafe.

Dia berasal dari keluarga cukup berada, karena saat ini dia tinggal sendiri di apartment cukup mewah di daerah Jakarta Utara. Hari Jum’at sore ini, aku ada jadwal meeting di kantor client-ku itu, dan setelah meeting aku sengaja mengunjungi mejanya.

”Hai Nana, apa kabar? Lagi sibuk yah..??” tanyaku.
”Baik, kenapa nih? Lagi mau nyari proyek ya?” jawabnya dengan ketus.
”Nggak kok.. Cuma kangen aja dah lama ga ngobrol..” jawabku.
”Ga salah nih kangen sama gue..? Pasti ada maunya, apaan..?” katanya dengan wajah judes lagi.
”Idih.. curigaan deh kamu Na.. aku lagi BT banget, main bilyard yuk ntar malem..?” kataku dengan mata menyelidik untuk melihat response darinya. Dia tidak menjawab, diam saja dan bahkan seperti pura2 tidak mendengar ajakku sama sekali. Aku segera mengulangi lagi pertanyaanku

”Na.. Nanti main bilyard yuk..? Ada yang pengen aku omongin nih..” ucapku.
”Ngomong aja sekarang..” katanya lagi.
”Ayolah Na.. bagimana kalo ke Nine Ball Café..? Kebetulan aku lagi BT banget nih, pengen..” kataku dengan wajah galau. Kembali dia tidak menjawab. Aku mengulanginya lagi dan dia menjawab

”Iya! Dasar Bawel.. tapi jangan malem-malem ya pulangnya, soalnya aku hari ini ga bawa mobil..” jawabnya. Hati ku begitu gembira mendengar jawabannya itu, akhirnya aku dapat kesempatan. Kebetulan waktu itu sudah mendekati jam 5:30.

”Ok.. sekarang aku tunggu kamu di lobby aja yah..?” tanyaku
”Hmm..” jawabnya.

Di lobby aku menunggu lama dan tidak juga nongol, tapi aku nekad menunggu terus, sampai akhirnya 19.00 dia keluar dan agak kaget melihatku masih menunggunya mungkin dia berharap aku tidak mau menunggunya. Akhirnya kami menuju Nine Ball Cafe. Di sepanjang jalan aku ajak ngobol dia, tapi memang dasar judes,, dia selalu menjawab dengan jawaban “Ya”atau “kadang” atau “tidak” dan “hmm”.

Di Nine Ball Cafe kebetulan tidak begitu ramai aku sengaja memilih meja yang pojok. Kami main santai sambil makan. Dia termasuk bagus main bilyardnya dan permainna kami tidak jauh berbeda, mungkin aku hanya menang karena jam terbangku lebih tinggi saja.

Sambil bermain aku pesan Wisky Cola 2 gelas, 1 gelas untukku dan 1 gelas untuknya, dengan judesnya dia ngomong.

“Apaa nih…? Mau buat gue mabok ya..?” tapi diambilnya dan langsung diteguknya 1/3 gelas, dan kami meneruskan permainan kami dan tiba2 dia mengatakan kalau dia ingin kencing.

Nah ini adalah kesempatan yang kutunggu. Aku segera memotong obat perangsang Libidomax-ku dan menuangkannya kedalam gelas dia, mungkin aku menuangkan hampir 1/2 takaran. Setelah dia dari kamar keci, kami meneruskan main lagi tapi dia berkata akan pulang 20 menit lagi. Waduh… aku tidak tahu apakah obat perangsang ku sudah bereaksi dalam waktu 20 menit. Aku segera mengajaknya minum sampai 1 gelas habis,dan diturutinya.

5 menit berlalu, tak ada perubahan apa2. 10menit berlalu, tak ada juga perubahan apa2, aku jadi berdebar2 membayangkan efek apa yang akan terjadi nati. 20 menit berlau sudah dan dia mulai mengajakku untuk pulang.

“Pulang yuk,di sini panas nih,… Acnya dimatiin kali nich,jadi panas begini.. “katanya”

Asyik asyik.. Dia mulai ada perubahan, mulai kepanasan, aku mencoba mengulur waktu dengan mengatakan ingin minum 1 gelas lagi, biyar enak tidur nanti malam, dan di setujuinya, tapi aku sengaja memesan 2 gelas lagi, dan aku langsung mengajaknya bersulang dan dilayaninnya.

Aku mulai melihat perubahan2 kecil dari sikapnya, sinar matanya tidak seketus sebelum2nya. Dan ketika kami sedang istirahat menunggu bola disusun, aku sengaja menyandarkan badanku ke dia yang sedang duduk di sampingku,dan hasilnya dia diam saja.

Kami meneruskan permainan bilyard kami dan dia seperti lupa kalo sebelumnya dia mengajakku pulang dan kesempatan ini aku gunakan sebaik-baiknya. Tanganku mulai agak jail, kadang mengelus rambutnya dan dia diam saja bahkan seperti seolah memberikan ijin untuk aku berbuat lebih. Melihat ada lampu hijau, aku mulai lebih berani, kadang merangkul dia, kadang menyandarkan badan ke badan dia dan dia tetap santai.

Sudah 1 jam berlalu sejak dia meminum obat perangsang libidomax yang aku campurkan kedalam gelas whisky pertamanya. Dia mulai membuka kancing bajunya satu karena merasa kepanasan, sehingga kadang aku mencuri-curi pandang melongok ke dalam belahannya yang.. gila.. mulus bener.. putih.. dan dia juga melepas ikatan rambutnya. Segera terurailah rambutnya yang sebahu itu dan aku sampai agak tertegun.

”Na, kamu cantik sekali..” kataku.
Dia hanya membalasnya dengan senyum. Aduh tambah manis deh. Aku jadi nekad mencium pipinya. Dia tidak marah dan cenderung menempelkan badannya ke badanku dan seperti orang gelisah mirip cacing kepanasan kali. Karena sudah yakin obat perangsang ku berfungsi dengan baik, aku segera mengajaknya pulang dan dia hanya mengangguk tapi terlihat agak kecewa. Dalam mobil kami ngobrol sambil meletakkan tangan di pahanya dan aku minta ijin untuk mampir ke apartment dulu dan dia setuju.

Begitu masuk ruang apartment dia, langsung aku memberanikan diri untuk menciumnya.. awalnya dia diam saja, tidak menolak tetapi juga tidak bereaksi. Aku mulai memainkan lidahku, sambil kadang naik mencium belakang telinganya.. Ah..ah.. rintihnya sambil memelukku lebih erat lagi….

Ciumanku turun lagi ke bibirnya dan kali ini dia mulai merespon dan mulai membalas memainkan lidah dan bibirnya. Lama kelamaan mulai lebih bergairah dan malah agak rakus melahap bibirku. Kesempatan ini mulai aku gunakan dengan mulai melepaskan kancing bajunya dengan tangan kiri, sementara tangan kananku memeluknya erat2.

Akhirnya terbukalah sudah semua kancingnya dan tangan kiriku mulai bergerilya ke punggung untuk menemukan pengait BH. Dengan sekali pencet terlepaslah BH itu dan dia agak kaget, tapi tidak aku beri kesempatan untuk ngomong apapun karena bibirnya segera aku lahap dan tanganku mulai meremas dadanya perlahan. Kenyang dan pas dalam gengaman tanganku, yah pasti 34B.

Perlahan2 aku mulai menciumi lehernya dan turun lagi mencari pentilnya. Ketika pentilnya ku hisap dia berteriak lirih.. Bri.. ah… eh… Bri.. begitu berulang2. Tanganku mulai begerak membuka baju dan BHnya yang masih melingkar di badannya. Begitu terlepas, dia melepaskan pelukanku dan mengajakku ke kamarnya.

Sambil berjalan dibelakangnya aku baru bisa memperhatikan badannya dari belakang…. Putih mulus tanpa bercak apapun.

Didalam kamar dia justru yang lebih agresif dengan mulai menciumku dan tangannya mulai menjamah kemaluanku, diurutnya, kadang dia meremas lembut bijiku dalam posisi berdiri sambil berpelukan. Aku jadi terangsang dibuatnya. Aku mulai membuka baju dan kaos dalamku.

Setelah itu, tanganku mulai mencari pinggangnya, kubuka ikat pinggangnya, retsletingnya dan kuturunkan celana itu. Aku melakukan semua itu dengan tetap melayani ciuman Nana yang makin lama makin ganas, sampai kadang aku agak gelagapan susah napas dibuatnya.

Aku melepaskan diri dari ciumannya dan menuntunnya untuk naik ke tempat tidur. Dia rebah telentang pasrah dengan pandangan sayu menatapku yang sibuk membuka sepatu dan celana panjangku.

Setelah hanya tinggal celana dalam seperti juga halnya Nana, aku langsung menubruk dan mulai berkonsentrasi pada pangkal pahanya. Aku mulai menciumi pinggung dan perutnya yang rata, sambil tanganku mulai melepas CD mini yang dipakainya.

Delta itu ditumbuhi jembut yang lembut tipis. Kini aku baru mulai memperhatikan badannya, memang bener2 putih mulus tanpa noda. Karena dia melihat aku bengong, dia bangkit dan mulai melepas CDku dan mulai memainkan kemaluanku dan sungguh tak kuduga dia mulai mengulum kemaluanku bak seorang ahli.

Aku sampai bingung dibuatnya, kenapa dia bisa sehebat dan senafsu ini, mungkin memang obat perangsang libidomax yang membuatnya jadi seperti ini. Tak tahan aku dikulumnya, aku merebahkan dia dan aku mulai menjilati mekinya dengan lembut. Clitorisnya aku jilat dan aku putari dengan lidahku… eh..ah…Yan.. eh.. ah.. dan akhirnya dia berteriak Aaahhh.. orgasme dia.

Aku tidak berhenti bahkan malah tambah mejilat lebih ganas dan tanpa sadar dia malah mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. Wajahnya memandangku seperti memohon kepadaku untuk segera memasukkan kemaluanku.

Akhirnya aku mulai kasihan padanya. Aku segera mencari dompetku dan mengambil kondom, kupakai dengan cepat dan aku mulai menaiki dia, segera kuarahkan kemaluanku ke meki.nya. dan perlahan tapi pasti kemaluanku amblas semua. Dia kelihatan menggigit bibir menahan sakit. Sempit memang. walaupun dia baru saja mengeluarkan sperma.

Pelan-pelan mulai ku pompa dia, kutekan dan kutekan lagi sampai akhirnya dia mulai mengerakkan kepala kekanan dan kekiri seperti orang kesurupan dan lalu dia berteriak lagi… Yan.. aku keluuaaar lagiiiii..

Aku menurunkan kecepatanku, tapi tiba2 dia bangun dan memintaku untuk di posisi bawah, dia segera menaikiku dan mulai bergerak naik turun. Pada posisi ini aku dapat melihat seluruh tubuh yang mulus sambil tanganku tak henti2nya meremas dan memainkan pentilnya yang coklat kemerah-merahan itu. Mungkin karena konsentrasiku terganggu dengan memandangi tubuhnya aku mulai merasakan akan segera memuntahkan spermaku.

”Na.. aku mau sampe….” Kataku.

”Tahan bentar Rian, aku juga mau keluar lagi..” dan dia memompa lebih dahsyat. Akhirnya aku sampai, cret..cret…. Nana tambah mempercepat gerakan dan akhirnya dia juga berteriak. Yan.. ahhhhhh.. Dan akhirnya dia ambruk ke badanku.

Badan kami penuh keringat dan tapi diam saja dan aku malah memeluknya sambil pengelus-elus punggungnya. Setelah beberapa saat baru dia bangun dan aku melihat dia mengeluarkan air mata.

”Kenapa Na..? ada yang salah..” tanyaku

Dia hanya menggeleng dan mengajakku ke kamar mandi. Di kamar mandi kami mandi bersama, saling sabun, saling peluk. Setelah selesai mandi kami mengenakan handuk dan kami duduk di sofa sambil aku peluk dia. Aku tanya lagi

”Kenapa nangis Na..?” akhirnya dia minta maaf padaku sampai terjadi ML denganku. Dia mengatakan bahwa dia tidak pantas melakukan itu padaku karena aku adalah suami orang. Dia minta padaku untuk berjanji tidak akan mengulangi hal yang sama ini.

Cukup sekali dan biarlah itu jadi kenangan indah saja. Aku menurut saja, karena aku tahu Nana adalah orang yang keras dan berprinsip dan aku menghormati keputusan dia.

Dikantor pun jika aku ke kantornya untuk meeting kami bertemu tapi biasa saja (tapi dia sudah tidak judes lagi padaku), walaupun dari sorot matanya aku dapat menangkap signal-signal sayang, sehingga aku lebih banyak diberikan kemudahan2 di kantornya.
Cerita Dewasa | Aku Rela Pantat dan Payudaraku Sering Diraba Oleh Bos Perusahaan Demi Uang

Cerita Dewasa | Aku Rela Pantat dan Payudaraku Sering Diraba Oleh Bos Perusahaan Demi Uang

CeritaDewasa - Perkenalkan namaku Soffi. Aku adalah seorang wanita berusia 27 tahun yang berstatus janda beranak 1. Dalam keseharianku, aku selalu mengenakan jilbab. Walaupun jilbab yang aku kenakan bukan tergolong jilbab akhwat, akan tetapi, dalam berpakaian aku sudah cukup sopan. Jilbabku menjulur menutupi setengah dadaku. Aku selalu mengenakan baju kurung longgar dengan bawahan rok semata kaki. Kedua kakiku senantiasa terbalut oleh kaus kaki.


Aku telah menjanda sejak 3 tahun yang lalu, akibat konflik yang tidak terselesaikan dengan mantan suamiku. Setelah usia pernikahan kami menginjak 1 tahun, mantan suamiku mulai menunjukkan watak aslinya. Ia mulai suka bermain tangan ketika marah. Begitu pula, ia tidak pernah memberiku nafkah, karena dia seorang pengangguran. Secara umum, ia bukan laki-laki yang bertanggung jawab.

Pada akhirnya, ia pun menceraikanku, setelah berselingkuh dengan wanita lain. Pada saat itu aku sedang mengandung anak hasil perkawinanku dengannya. Kekalutan yang kualami akibat perceraian itu membuatku mengalami depresi selama beberapa bulan, hingga akhirnya aku menyadari bahwa aku harus bangkit. Perlahan-lahan akupun mulai bangkit, dan melupakan perceraian tragis yang menimpa diriku. Aku ingat, bahwa aku harus menghidupi anakku.

Akupun pun bekerja pada sebuah biro konsultasi psikologi, mengingat aku adalah sarjana psikologi. Bisa dikatakan, penghasilanku hanya pas-pasan untuk menghidupi diriku dan anakku. Pada saat ini, anakku yang berusia 4 tahun kutitipkan pada neneknya di kota Yogyakarta. Sedangkan aku sendiri bekerja di kota Semarang, sebuah kota di Jawa Tengah. Di kota tersebut aku tinggal di kamar kost sederhana. Setiap akhir pekan aku mengunjungi anakku di rumah neneknya.

Banyak pria yang mengatakan bahwa aku memiliki wajah yang cantik dan keibuan. Dengan balutan jilbab yang selalu ku kenakan, aku menjadi nampak anggun di mata para pria. Di samping itu, tak ada tanda-tanda bahwa aku adalah seorang ibu beranak satu. Banyak yang mengagnggap aku masih gadis. Tinggi badanku adalah 165 cm.

Ukuran payudaraku tidaklah besar, hanya 32B, akan tetapi, pantatku bulat, padat dan membusung. Walaupun sudah beranak 1, aku memiliki perut yang datar. Hal ini tercapai karena aku memang rajin berolah raga. Tak heran, meskipun statusku janda beranak 1, masih banyak pria yang mengharap cinta dariku. Akan tetapi, pada saat itu, aku belum berfikir untuk menjalin hubungan yang serius dengan seorang priapun.

Hal ini disebabkan karena masih ada sisa-sisa trauma akibat perceraian yang menyakitkan tersebut. Aku memiliki pandangan bahwa semua pria adalah pendusta. Untuk apa aku menikah lagi kalau hanya untuk bercerai lagi. Sudahlah… aku sudah merasa hidup bahagia sebagai single parent.

Tak dapat kupungkiri bahwa aku merindukan pelukan pria. Tentu saja, karena aku pernah merasakan manisnya seks, maka akupun seringkali merindukannya. Hingga saat ini, aku masih kuat untuk menahan hasrat itu, sehingga aku tidak terjerumus dalam seks bebas. Di samping dalam rangka menjaga norma dan keyakinan yang aku anut, aku juga harus menjaga imejku sebagai seorang wanita berjilbab yang selalu berpakaian rapih dan sopan.

Sejujurnya, aku seringkali bermasturbasi untuk mengurangi hasrat seksku tersebut. Herannya, semakin sering ku bermasturbasi, keinginanku untuk disetubuhi oleh pria justru semakin menggebu-gebu. Masturbasi hanya mengurangi hasratku untuk sementara, hanya pemuasan kebutuhan biologis semata, namun kepuasan psikologis tidaklah aku dapatkan. Adapun alat yang sering ku pakai untuk bermasturbasi adalah buah mentimun.

Uhhh… sungguh beruntungnya buah mentimun itu. Sementara para pria yang mengharap cinta padaku saja belum ada yang berhasil menikmati jepitan lubang di pangkal pahaku, tapi buah mentimun silih berganti telah menyodok berkali-kali. Terkadang diam-diam aku melakukan masturbasi sambil menonton film porno di komputerku ketika di kost sendirian.

Dengan status jandaku, tentu saja ada beberapa pria yang menganggap diriku adalah perempuan gampangan, yang butuh dibelai. Dengan demikian, ada beberapa pria yang sering melakukan perilaku yang menjurus pada pelecehan seks, dari verbal hingga pada sentuhan fisik. Salah satunya adalah bosku, seorang Cina, yang sekaligus pemilik dari biro konsultasi tempatku bekerja. Dengan pura-pura tidak sengaja, ia terkadang meremas pantatku atau tetekku.

Aku sebenarnya risih dengan hal itu, dan tidak krasan untuk bekerja di situ. Ia seakan tidak peduli bahwa aku adalah seorang wanita berjilbab yang selalu sopan dalam berpakaian dan berperilaku. Ia bahkan pernah menempelkan penisnya di belahan pantatku ketika aku sedang membungkuk, karena membetulkan mesin printer di kantor. Aku terkejut, karena di sela-sela pantatku terasa ada batang keras yang menekan.

Aku pun lalu segera menghindar. Aku tidak bisa marah padanya, karena aku masih berharap untuk bisa bekerja di biro miliknya tersebut. Aku hanya menampilkan ekspresi muka tidak suka, sambil pipiku memerah karena malu. Ia hanya tersenyum mesum sambil pergi berlalu. Ia nampak paham sekali bahwa aku memang sedang butuh untuk terus bekerja di bironya.

Sungguh aku sangat benci dan jijik dengan perilaku bosku tersebut. Bosku tersebut seorang pria Cina berusia 40 tahunan. Ia telah berkeluarga, dan keluarganya tinggal di luar Jawa. Namanya Pak Tan. Ia memiliki tinggi 160 cm, dengan badan yang agak gemuk perut yang buncit. Ia nampak gempal.

Pada suatu hari, aku menerima kabar dari ibuku yang tinggal di kota Yogyakarta, bahwa anakku sakit keras, hingga harus opname. Bahkan dokter menyatakan bahwa anakku harus dioperasi secapatnya, kalau tidak, bisa fatal. Untuk biaya operasi tersebut butuh uang sebanyak lima juta rupah. Orang tuaku menyatakan bahwa mereka telah kehabisan dana untuk biaya pengobatan anakku.

Sementara, aku sendiri sudah kehabisan uang karena kini sudah tanggal tua. Uang hanya cukup untuk menyambung hidup beberapa hari. Aku pun bingung, harus mendapatkan uang darimana lagi. Masih banyak hutangku pada kawan-kawanku, sehingga aku segan untuk berhutang lagi pada mereka. Satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah mengeluh pada Pak Tan. Tapi aku merasa ngeri, karena itu berarti memberinya kesempatan untuk melecehkanku secara seksual.

Aku pun menjadi ragu. Akan tetapi, karena aku sudah sangat panik, akhirnya aku beranikan diri untuk mengungkapkan hal itu pada Pak Tan. Dengan perasaan tidak karuan, aku memberanikan diri untuk menuju ruang Pak Tan. Saat itu, aku mengenakan jilbab warna pink sepanjang lengan, dengan baju kurung yang sewarna, serta rok panjang hitam dari bahan kain yang lemas. Dengan demikian, celana dalamku agak tercetak di permukaan luar rokku.

Tok… tok.. tok.. tok… suara ketukanku di kamar kerja Pak Tan.
“Masuk” aku dengar suara pak Tan berseru dari dalam ruangan.

Aku pun membuka pintu. Pak Tan yang sedang duduk di belakang meja kerjanya menatapku dengan tatapan mesumnya, yang seolah menelanjangi tubuhku.

“Silahkan duduk”, katanya mempersilahkanku untuk duduk.
“Ada apa cah ayu?” dia bertanya padaku dengan nada menggoda. Sambil menunduk, akupun mengatakan keperluanku pada pak Tan sambil terbata-bata.
“Mmmaaaff Pak, anak saya sedang sakitt kerass…”
Keringat dinginku mulai mengucur….
“Terus???” Pak Tan bertanya dengan nada sedikit ketus.

“Mmaksud saya, saya mau pinjam uang sama bapak. Untuk pengobatan anak saya. Saya sudah tidak ada uang.” Ketika aku berkata seperti itu, pak Tan hanya mengangguk-amgguk dengan tatapan melecehkan.
“Sofiii, dengan berat hati saya katakan ke kamu, kalo saya tidak ada uang yang bisa saya pinjamkan ke kamu…?”

“Tolonglah saya pak, anak saya sakit.. berikan saya lima juta rupiah saja… nanti bisa dipotong gaji saya” kataku menghiba. Air mataku mulai mengalir dari sudut-sudut mataku.
“Kamu tau kan, biro ini sedang kekurangan modal”, kata pak Tan dengan datar dan tenang.
“Jumlah klien kita semakin sedikit, makanya pemasukan ke biro juga sedikit..”
“Ya sudahlah, aku bisa usahakan uang itu” kata pak Tan.

Kemudian ia membuka laci mejanya dan mengeluarkan beberapa gepok uang 50ribu rupiahan. Ia pun memberikanya padaku. Setelah dihitung, ia telah memberikan uang padaku sebanyak 6juta rupiah, lebih banyak dari harapanku.

Pak Tan berkata, Uang itu boleh kamu pinjam dulu. Kamu nggak usah mikirin ntar gimana mengembalikannya.
“Udah, cepet, kamu bawa pulang… kamu tunggu anak kamu sampe operasinya selesai… kamu boleh libur…”
Dengan perasaan senang dan rasa terima kasih yang tidak terkira, aku pun berpamitan dengan pak Tan dengan menyalami tangannya..

Aku pun bersyukur, operasi anakku berjalan dengan lancar. Setelah itu, aku kembali bekerja di kantor Pak Tan. Semenjak itu, Pak Tan semakin menjadi-jadi dalam melecehkanku secara seksual. Karena hutang budiku padanya, aku pun tak bisa berbuat apapun selain pasrah dengan perlakuan Pak Tan.

Setiap kali berpapasan denganku, ia tak akan membiarkan pantatku lolos dari jamahannya. Seringkali, ia mengejutkanku dari belakang dengan cara meremas pantatku. Aku hanya bisa menjerit kecil. Semakin lama iapun semakin berani untuk menjamah tubuhku yang lain. Payudaraku dan pangkal pahaku pernah diremasnya.

Yang aku heran, dia tetap paling suka meremas pantatku, walaupun ia sesungguhnya dapat dengan bebas untuk menjamahi payudara dan pangkal pahaku. Ketika aku sedang berdiri di dekatnya, ia mengajakku ngobrol sambil jarinya menelusuri belahan pantatnya.

Dengan perasaan malu aku ingin menghindari setiap perlakuannya, namun ku tak berdaya. Sungguh, aku merasa menjadi seorang perempuan murahan yang bisa dinikmati oleh pria Cina itu demi sejumlah uang. Sungguh kontras dengan penampilanku yang selalu berjilbab sopan ini.

Suatu ketika, seorang pesuruh kantor bernama Pak Tatang memberitahuku bahwa pak Tan memanggilku untuk datang ke ruangannya. “Mbak, Pak Tan manggil mbak ke ruangnya”
“Huh… ada apa lagi nih??” tanyaku dalam hati. Pelecehan apa lagi yang kan aku terima? gumamku.
“Mhhh…. iya pak… Nanti saya ke sana…
“Cepet ya mbak, Pak Tan minta mbak datang cepet….” kata pak Tatang sambil berlalu.
“Iya… iya Pak Tatang” kataku sambil tersenyum pada Pak Tatang..

Hari itu aku mengenakan jilbab warna krem yan menutupi dua bukit mungilku, dengan baju kurung dan rok panjang. Dengan gontai dan perasaan yang tidak tenang akupun datang ke ruang Pak Tan.

Tok… tok… tok ku ketuk pintu ruang Pak Tan.
“Masuk” terdengar teriakan Pak Tan dari dalam ruangan.

Aku pun masuk, dan Pak Tan mempersilahkanku duduk. Dengan senyum jahat tersungging di bibirnya, ia menatapku dengan pandangan nafsu. Aku hanya menunduk dengan muka yang malu bercampur cemas.

“Mhhhhh, begini Soffi…., saya cuma mau informasikan ke kamu, kalau hutang kamu ke kantor sudah jatuh tempo. Kantor butuh uang itu segera. Kamu bilang mau angsur hutang kamu, tapi sampai sekarang, sudah tiga bulan, kamu sama sekali belum angsur. Saya udah kasih kamu keringanan looo….” Pak Tan berkata dengan nada serius.

Jantungku berdetak keras, memompa darahku cepat sekali. Wah, celaka… pikirku.. Aku jelas tidak mampu untuk membayar hutangku. Bahkan untuk mengangsur pun aku tidak mampu. Kini hutang itu telah ditagih. Ohhhh… betapa malang nasibku, jeritku di hati.

“Mhhhh…. mmaaf pak, saya belum mampu membayarnya…” jawabku terbata-bata.
“Kebutuhan saya banyak sekali, dan uang gaji saya saja tidak cukup”
Tak terasa, air mataku mulai meleleh.

“Iya, saya tau… tapi masalahnya, kantor ini juga butuh biaya. Kan sudah aku bilang, kalau biro ini lagi seret. Klien kita semakin sedikit?” suara Pak Tan mulai meninggi.
Air mataku pun semakin deras mengalir. Tak sadar aku mulai sesenggukan. Dengan ujung jilbabku aku usap air mataku. Pak Tan masih nampak cuek, sambil sesekali melirikku. Sorot matanya menunjukkan kelicikan.
“Hmmmmm… apapun kamu harus membayar hutang kamu…. Atau kita selesaikan saja secara hukum??” ancam Pak Tan.
Aku semakin panik dengan ancaman itu…

“Ssaya mohon jangan pak. Saya pasti akan bayar. Saya masih punya anak pak….” kataku tersedu-sedu.
“Trus, kamu mau bayar pake apa? Kamu bilang nggak punya uang?”
“Beri saya waktu barang satu minggu, saya bisa usahakan” jawabku putus asa.
Satu minggu pun aku tidak yakin akan mendapatkan uang sejumlah itu.
“Wah… wah… aku meragukan kamu bakalan sanggup membayar. Paling hanya menunda waktu. Gak ada gunanya. Saya nggak akan kasi keringanan lagi”

“Sssayaaa mohon pakkk” aku berusaha menahan tangisku agar tak semakin keras.
“Mhhhhh… baik… baik…. Aku bisa kasih kamu solusi. Supaya kamu bisa lunasin utang kamu”
Aku agak lega mendengar ucapan Pak Tan. Aku memandanginya dengan pandangan bertanya.
“Mhhhhh… boleh tau apa solusinya pak?” ungkapku.
“Kamu bisa bayar hutangmu dengan tubuh molek kamu itu” kata pak Tan sambil melirik padaku dengan sorot mata birahi.

Bagai disambar petir, aku terkejut mendengar ucapan Pak Tan. Aku kehabisan kata-kata.
“Nggak, nggak mau” jawabku sambil menangis.
“Kamu bisa apa….? Kalo kamu nggak bayar sekarang, ya diselesaikan lewat hukum. Aku akan laporkan kamu ke polisi” ancam pak Tan.

Dia sungguh lihai mempermainkan perasaanku. Aku merasa semakin putus asa. Aku hanya bisa menangis. Tangisku yang tertahan pun mulai keluar juga. Namun Pak Tan tetap tak peduli. Aku hanya tertunduk sambil menangis. Air mataku telah basahi jilbabku.

“Hehehe… lagian, kamu kan sudah lama jadi janda. Masa sih, ga kangen sama kontol? Kamu puas, hutangmu lunas… Tawaran menarik kan? goda pak Tan.

“Kamu tinggal ngangkang aja, biar memekmu disodok pake kontol-kontol lelaki birahi. Dengan tubuh kaya kamu, gak sulit kok kamu dapet duit banyak. heheheh…. Apalagi yang jilbaban kaya kamu, pasti banyak peminatnya.”

Tanpa ku sadar, pak Tan telah berdiri di sampingku, dan tanpa basa-basi, ia pun menarik tanganku hingga aku berdiri. Aku ingin menolak dan lari, namun aku sadar bahwa aku tidak lagi punya kuasa. Bahkan pada diriku sendiri. Kini aku telah dikuasai oleh pak Tan. Aku hanya pasrah ketika ia menarik tubuhku hingga berdiri.

Dengan penuh birahi, pak Tan menariku ke dalam pelukannya. Dengan rakus pak Tan melumat mulutku dengan mulutnya. Tangannya menjamahi dua payudaraku yang masih tertutup jilbab itu. Kurasakan perut buncit pak Tan menekan tubuhku.
“Mhhhh….. mphhhhhh….” aku berusaha meronta, menghindari ciuman pak Tan.

Namun mulutnya terus mengejar mulutku. Dengan kasar dibaliknya tubuhku hingga aku membelakanginya. Lalu ditekannya tubuhku hingga perutku menempel di tepi mejanya. Tanganku berpegangan pada meja agar menopang badanku. Kini aku dalam posisi agak membungkuk, dengan pantat yang membusung kearah pak Tan. Kini pantatku begitu bebas untuk dijamahinya. Dengan kasar ia meremas pantatku. Aku merasakan ada sesuatu yang mengganjal di pantatku.

Ohhh, ternyata itu adalah penis pak Tan yang sudah menegang dan mengeras.
Sambil menggesek-gesekkan penisnya di pantatku, salah satu tangan pak Tan juga meremasi bongkahan pantatku yang montok dan padat itu, sedang tangan yang lain kini telah mencengkram salah satu payudaraku yang masih tertutup jilbab. Jilbab itu menjadi kusut akibat remasan tangan pak Tan. Aku merasakan bahwa tangan pak Tan telah mulai menyusup masuk ke balik jilbabku yang menutup dadaku. Ia meremasi payudaraku dari balik baju kurungku.

“Mhhhh…. ahhhh…. ohhhhh….” jeritan-jeritan kecil terlontar dari mulutku ketika pak Tan menyentil ujung payudaraku dengan keras, sementara penisnya yang masih berada di dalam celana itu menekan pantatku ke depan.

Tangan yang satunya kini telah meremas-remas pangkal pahaku. Mulut pak Tan dengan rakus menggigit leherku yang masih tertutup jilbab warna krem itu, hingga nampak basah bekas gigitan. Kepalaku yang tertutup jilbab krem itu hanya bisa menggeleng-geleng, dan terkadang menengadah ke atas, setiap kali pak Tan menyodokkan penisnya ke pantatku.

Kini tangan pak Tan mulai menarik ritsleting baju kurungku yang ada di punggungku. Dengan trampil tangannya menurunkan baju bagian atas baju kurung itu, dan menyampirkan jilbabku ke pundak. Kini pundak dan punggung putihku pun terbuka. Tak lama kemudian, aku merasa bahwa pengait braku di bagian belakang telah terbuka.

Secara umum, bagian atas tubuhku telah setengah terbuka, dan dua payudaraku yang tak seberapa besar itu menggelantung di atas meja. Dengan rakus pak Tan menciumi dan menjilati punggungku, hingga basah oleh liurnya. Kedua tangan pak Tan pun tak henti-hentinya meremas dan memilin dua putting mungilku yang berwarna coklat muda itu.

“Ahhhhhhh….. udahhh… lama aku menunggu saat ini…” bisik pak Tan di telingaku yang tertutup jilbab itu.
“Mhhhh… ohhhhh…. mhhhhhh…..” desahku.

Walaupun aku telah lama tidak menikmati sentuhan pria. Sungguh, aku tetap tidak bisa menikmati perlakuan pak Tan itu. Aku justru merasa terhina, karena penis seorang pria yang bukan suamiku kini sedang menggesek-gesek pantatku yang masih tertutup rok itu. Selama ini hanyalah mantan suamiku yang pernah menikmati bibirku, menghisap dua putingku yang sedang mengeras, dan menyodokkan penisnya di lubang surgaku yang basah.

Saat ini, seorang pria yang bukan suamiku dengan bebas dapat menikmati pantatku, dan tangannya dengan bebas memilin dan meremas puting payudaraku. Ohhh, betapa malang nasibku..

Aku dengar suara ritsleting celana pak Tan. Tak lama kemudian pak Tan pun membalikkan tubuhku hingga posisiku berhadapan dengannya. Terlihatlah pemandangan yang membuatku takjub. Penis pak Tan yang menjulang sepanjang 17 cm.

Jauh lebih besar daripada milik mantan suamiku. Dengan rakus pak Tan pun menghisap putting payudara kiriku, sementara tangan satunya memilin dan meremas payudaraku yang kanan. Terasa gigitannya pada payudaraku, yang kemudian disentakannya hingga aku menjerit.

“Aahhhhhhhhh”.
Pantatku kini bersandar pada tepi meja, dengan posisi tangan menekan meja di belakang tubuhku.
“Mhhh… ahhhhh….” jeritan dan rintihan yang keluar dari mulutku semakin membakar birahi pak Tan.

Pak Tan seringkali menyampirkan kembali ujung jilbabku yang turun hingga menutupi dadaku ke pundakku. Pak Tan pun kemudian mengangkat rokku keatas. Nampaklah dua kaki dan paha mulusku telanjang, dan secarik kain celana dalam di pangkalnya. Salah satu tangan pak Tan memegangi ujung rok ku agar tak turun, sementara tangan lain melebarkan dua pahaku, hingga pangkalnya yang masih terutup celana dalam itu semakin menganga.

Kurasakan benda keras mulai menyusuri belahan kemaluanku. Salah satu tangan pak Tan menuntun benda keras itu agar menggesek-gesek dengan belahan vaginaku yang tertutup celana dalam itu.

“Ohhhhh….” walau aku berusaha mengingkarinya, tak dapat kupungkiri bahwa sensasi gatal di vaginaku mulai kurasakan.

Aku pun mulai merasa lemas dan birahi. Aku berada dalam dilema. Aku dipaksa untuk menikmati perlakuan pak Tan, walaupun sesungguhnya aku enggan. Tangan pak Tan pun mulai mencari-cari ritsleting rokku, dan segera melepasnya. Kini bagian bawahku telah benar-benar telanjang, hanya celana dalam putihku yang masih melindungi lubang kehormatanku. Sedangkan kepalaku dibiarkanya tetap berjilbab, dan payudaraku telah menggelantung indah dengan bekas gigitan dan basah air liur pak Tan.

Dengan kasar pak Tan menarik jilbabku hingga aku terjatuh dalam keadaan bersimpuh. Dihadapanku kini sebatang penis pak Tan yang tegang dan mengeras itu. Sambil mengarahkan kepalaku dengan tangannya keaarah penisnya, pak Tan mengatakan
“Ayo… kulum kontol bapak…!!!”

Dengan perasaan jijik, akupun memenuhi permintaannya. Kepalaku yang tertutup jilbab itu nampak maju mundur. Sementara payudaraku tengah bebas menggelantung, dan bagian bawahku telah telanjang, hanya celana dalam yang tersisa.

“Mmphhhhh… mhhhhh…” lenguhku saat penis pak Tan menerobos mulutku.

Pak Tan menyuruhku menjilati ujung penisnya hingga lubang kontolnya. Uhhhh…. aku merasa ingin muntah. Mulutku pun penuh oleh penisnya. Tak satu jengkalpun bagian penisnya yang tidak berkesempatan menikmati pelayanan bibir dan lidahku. Bahkan testisnyapun turut aku jilati. Dengan perasaan muak, aku terpaksa melakukan hal itu.

Setelah puas, pak Tan memintaku berdiri. Dengan kasar ia mencengkram pantatku yang masih tertutup celana dalam itu, dan menariknya hingga posisiku membelakanginya. Ia menarik turun celana dalamku, hingga kini tak ada lagi yang melindungi lubang kehormatanku. Pak Tan pun berlutut di belakangku. Kini ia menguakkan bongkahan pantatku lebar-lebar. Kini, lubang anus dan kemaluanku telah mengarah tepat di depan wajahnya.

Tiba-tiba aku merasakan sensasi hangat di permukaan anusku. Ternyata Pak Tan telah menjilati anusku. Sensasi geli kurasakan menjalar dari anus ke seluruh badan. Tubuhku terasa lemas setiap kali lidah pak Tan menyentuh permukaan anusku. Aku heran, dia tidak merasa jijik. Setelah ia puas, lidahnya pun berpindah ke belahan lubang vaginaku.

Ia menguakkan bibir bagian luar vaginaku. Tak lama kemudian, ia pun menjilati seluruh permukaannya. Klitorisku tak luput dari jilatan dan gigitan lembutnya. Aku semakin pasrah dengan perlakuan Pak Tan. Kurasakan vaginaku semakin basah, baik oleh air liur pak Tan maupun cairan cinta yang keluar dari dalam vaginaku.

“Ohhhhhh…. mphhhhhh…. ampuuunnnn…. jangan diteruskannnnn….” racauku.
Slurp… slurppp… terdengar sedotan pak Tan di permukaan vaginaku semakin bernafsu.

Tak lama kemudian pak Tan pun berdiri. Ia menarik pinggulku ke belakang, hingga pantatku dan vaginaku semakin terkuak lebar. Tiba-tiba, aku rasakan sebatang penis yag keras telah melesak masuk ke dalam liang kenikmatanku dari bagian belakang. Aku merasakan pedih pada dinding vaginaku saat batang penis pak Tan bergesekan dengan dinding liang kenikmatanku, yang selama ini terjaga dari penis pria selain suamiku.

“Ahhhhhhhhhhhhhhhhh…..” lengkinganku saat penis pak Tan disodokkan dengan keras.
Rasanya lubang vaginaku hampir terbelah.

“Ouhhhh…. Sofiiii….. memekmu enak banget… udah lama bapak nggak ngrasain memek kaya punyamu… mhhhh… ouhhhhh…. akhhhhhh…..” racau pak Tan sambil menggenjot lubang memeku.
“Cepok, cepok, cepok…” suara pinggul pak Tan saat bertumbukan dengan bongkahan pantatku yang sedang membusung ke arahnya.

Aku sedang dinikmati dengan posisi doggy. Aku heran, ia nampaknya memang begitu terobsesi dengan pantatku, hingga selama memakaiku pun ia lebih banyak meremas pantatku daripada dua payudaraku.

“Ohhhh… mhhhh…. oughhhhh….” badanku bergoncang-goncang.
Kepalaku yang berjilbab itu hanya mampu menggeleng dan mendongak ke atas. Payudaraku bergoyang seiring hentakan penis pak Tan di dalam liang kenikmatanku.
“Mmhhhhhh… ahhhhhh… mhhhhh….” rintih dan jeritku setiap kali penis pak Tan melesak dalam vaginaku.

“Soffff…. memekmu masih serettttt…..” racau pak Tan.
“Kepalamu berjilbab bikin aku tambah ngaceng… ouhhhh….. Bapak ketagihan diservis sama tempikmu….. enak bangetttt….. walaupun janda tapi tempikmu masih nggigit”
“Mhhhh.. ouhhhhh…. akhhhhhhh….” jawabku dengan desah dan rintih.

Masih dalam posisi dogi, pak Tan tiba-tiba menarik penisnya keluar dari vaginaku. Kini tubuhku yang lemas hanya bisa terbaring tengkurap diatas meja. Kepalaku yang masih berjilbab aku sandarkan di meja, sedang dua tanganku terentang berpegang pada tepian meja. Sementara itu, aku merasakan cairan dingin di anusku. Aku hanya bisa pasrah.
“Mmhhhh…. silitmu kayanya masih prawan nihh… sini, biar bapak prawanin”
Aku ketakutan, dan berusaha menolak.

“Udahhh, jangan nolak… kok beraninya kamu nolak permintaan bapak…”
Akupun pasrah. Cairan itu adalah cairan pelumas. Aku merasakan kepala penis pak Tan mulai menempel di lubang matahariku. Perlahan-lahan, kepala penis itu mulai menguakkan lubang matahariku. Kurasakan kepala penis itu semakin dalam masuk ke dalam anusku. Rasanya sungguh perih, walaupun telah dibantu oleh cairan pelumas itu. Pak Tan pun mulai mempercepat genjotannya dalam anusku.

“Akhhhhh….. ouhhhhh….” terasa panas di dinding anusku akibat gesekan penis pak Tan itu.
“Oouhhhhh…. sakkkkiiiiittt….. ahhhh.. akhhhhhh….” jeritku.

Sambil menggenjot anusku, kedua tangan pak Tan meremasi kedua payudaraku. Bahkan satu tangan pak Tan menarik ujung jilbabku ke belakang, hingga kepalaku terdongak keatas.
“Mhhh ohhh… akhhhhh….” jeritku kesakitan.

Pak Tan nampaknya telah hampir klimaks. Iapun segera menarik penisnya dari anusku. Seperti kesetanan ia melompat ke atas meja lalu membalikkan tubuhku hingga terlentang di atas meja. Kini posisinya duduk berlutut dengan penis yang mengarah ke wajahku. Dua pahanya mengangkangi wajahku.
“Akhhhhhhhhhhhhhhh………..” teriakan pak Tan yang telah klimak itu.

Crott……… crorttt…. crottttt….. cairan putih kental yang berbau tak sedap itu pun menyembur ke wajah dan mulutku. Aku hanya memejam, agar cairan itu tak masuk ke dalam mataku. Sebagian telah tertelan. Jilbabku basah oleh cairan kental berbau amis itu, begitu pula baju kurungku. Kulihat pak Tan terengah-engah setelah mencapai klimaks. Aku hanya terlentang lemas setelah satu jam ia menikmati semua lubang kepuasan di tubuhku.

“Tempik sama silitmu memang hebat Sof… Bapak ketagihan buat make kamu. Selama setahun bapak cuma bias ngremesin pantatmu, sambil bermimpi suatu saat bisa njebol lubang silitmu….” kata pak Tan.

Aku sebetulnya merasa tersinggung dengan ucapannya. Harga diriku telah hilang sekarang. Kini aku harus siap untuk dinikmatin kapan saja oleh pak Tan. Aku tak bisa berbuat apa-apa kini.

Setelah beristirahat selama 30 menit, sambil aku menangis sesenggukan, aku pun minta ijin kepada pak Tan untuk membersihkan diri di kamar mandi yang ada di ruangnya.
“Oohhhh, tidak usah… kamu kan capek sekarang saatnya kamu yang dilayani” kata pak Tan.
“Maksud bapak?” jawabku.
“Biar pak Tatang saja yang bersihkan tubuh Sofi… heheheh”

Ouhhhh…. laki-laki gila… belum puas ia menghancurkan kehormatan dan harga diriku.. kini aku harus rela dijamah oleh satu pria lagi. Nampak Pak Tan menelpon dengan HPnya, menyuruh pak Tatang masuk sambil membawa ember air hangat dan lap basah. Tak lama pak Tatang pun masuk. Ia sungguh terkejut melihatku dalam keadaan berjilbab, namun dengan baju kurung yang terbuka setengah, hingga payudaraku menggelantung indah, dan bagian bawah yang telah telanjang bulat.

“Lhoooo, mbak Sofi?” tanya pak Tatang keheranan.
Aku hanya tertunduk malu, sementara aku tahu bahwa mata pak Tatang tidak lepas memandang tubuh telanjangku.

“Tenang pak Tatang”, kata pak Tan pada pak Tatang.
“Mbak Sofi barusan kerja keras, jadi dia sekarang gerah dan capek…. hehehehe… makanya dia kepengen bersihin badannya. Kan kasian, daripada dia bersihin badannya sendiri, kan lebih baik diladenin sama pak Tatang… hehehh…”

“Maksud bapak?” tanya pak Tatang masih kebingungan.
“Maksudnya ya tolong pak Tatang ngelapin tubuhnya mbak Sofi, terutama bagian lubang tempik sama silitnya itu. Gimana pak Tatang?”

“Haaaaa, bapak beneran?” tanya pak Tatang tidak percaya.
“Beneran… sudah, nggak usah banyak omong… bapak mau ga?” tanya pak Tan.
“Mauuu… mau… iya pak… mau….” sorak pak Tatang.
“Ya udah sana…” pak Tan menyahut.
“Ayoooo, sini mbak Sofi… cah ayuuu…. biar bapak ngelapin tempikmu” seru pak Tatang kegirangan.

Aku hanya menunduk. Tapi badanku sudah terlalu lemah, sehingga aku hanya bisa pasrah saat pak Tatang menggandengku menuju kamar mandi. Ia pun melucuti seluruh sisa pakaianku termasuk jilbabku, sehingga aku telanjang bulat. Dengan lap basah, ia ia mulai membasuh tubuhku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Saat menggosok liang vaginaku, ia pun berkomentar..

”Wahhhh, tempiknya mbak Sofi ini masih sempit yah” sambil jarinya meyentil-nyentil klitorisku.
“Beda sama tempiknya lonte lokalisasi.. udah pada lower”

Aku hanya terdiam sambil menahan tangisanku. Pak Tatang memelukku dari belakang. Satu tangannya meremasi payudaraku, sedang tangan lainya sibuk menggosok vaginaku.

“Mbak, yang bagian dalem tempik mbak belum dibersihkan, biar kontol bapak nanti yang gosokin bagian dalem tempiknya mbak… hahahaha”, kata pak Tatang.

Pak Tan berdiri di pintu kamar mandi senyum-senyum melihat ulah pak Tatang kepadaku.
“Kontol bapak udah ngaceng niyy. Wahhh… mimpi apa bapak semalem.. selama ini bapak cuma mbayangin ngentu mbak Sofi… impian bapak jadi kenyataan”

“Pak Tatang, itu jilbabnya dipakein lagi. Lebih ngacengin kalo make jilbab”
“Siapp bosss…” kata pak Tatang.

Setelah selesai membersihkan diriku, aku pun disuruhnya lagi memakai jilbab, namun dengan tubuh yang telanjng bulat. Kini telah kukenakan jilbab warna kremku yang masih ada bercak-bercak sperma pak Tan.

“Pak Tatang, ini uang buat pak Tatang” Pak Tan mengeluarkan uang seratus ribuan dan diberikan pada pak Tatang.

“Syaratnya, pak Tatang harus tutup mulut tentang rahasia di kantor ini… ya, sekarang, pak Tatang boleh nikmatin mbak Sofi sepuasnya.
“Siap bossss” kata pak Tatang.

Pak Tatang mendorongku ke sofa di ruang pak Tan. Tanpa basa-basi ia pun mengeluarkan penisnya yang berukuran 20 cm. Dengan kasar ia menarik jilbabku hingga kepalaku mengarah ke penisnya.

“Ayo,dimut mbak… kontolnya bapak sudah lama nggak dibasahin nih…” kata pak Tatang disambut dengan tawa pak Tan.
Tanpa aku sadar, pak Tan telah datang dengan membawa sebuah handicam untuk merekam persetubuhanku dengan pak Tatang.

“Hehehe, kamu memang cocok jadi bintang bokep. Apalagi bokep cewek berjilbab hehehehe…”
“Mhhhh… oukhhhhh……” kepalaku yang berjilbab itu maju mundur mengulum penis pak tatang yang keras.

Laki-laki duda berusia 50 tahun itu nampak merem melek menikmati kulumanku. Ia duduk di sofa, sedangkan aku kini tersimpuh di lantai ruang itu.
“Ohhh… mbak Sofi… ohhhh… kuluman mbak lebih enak dari lonte pelabuhan hhhhhh… mhhhh..”

Setelah puas dengan mulutku, pak Tatang menyuruhku untuk terlentang di sofa. Dengan rakus, ia pun mengulumi payudaraku, dan menggigit-ggit putingnya yang mungil kecoklatan itu…
“Owhhhh… mhhhh… pak Tatang…. sakkkittttt….”

Pak Tatang semakin liar, mengulum putingku. Satu tangannya memilin-milin payudaraku yang lain, sedang tangan satunya lagi memainkan klitorisnya. Kini aku merasakan kegelian, kurasakan jari-jari pak Tatang menusuk-nusuk liang vaginaku.

Pak Tatang kemudian melebarkan kedua pahaku dan blessssssssssssssssss…. penis pak Tatang pun terjepit dalam liang nikmatku. Tubuhku terguncang-guncang, sementara tangan pak Tatang sibuk memilin-milin putingku.

”Oohhhh, mbak Sofi…. tempikmu enak banget….. bapak belum pernah ngrasain tempik kaya punya mbak Sofi…”

Tiba-tiba pak Tatang menghentikan genjotannya, dan menarik penisnya. Ia membalik tubuhku hingga tengkurap, lalu menyuruhku menungging. Aku hanya pasrah mengikuti arahan pak Tatang.

Dalam posisi menungging, sekali lagi pak Tatang menyodokkan penisnya dalam liang nikmatku. Dengan sodokan-sodokanya yang keras, tubuhku pun terguncang-guncang. Tangannya meremasi payudaraku dan sesekali menampar paha dan pantatku hingga terasa pedih. Aku diperlakukannya seperti seekor kuda tunggangan atau sebuah boneka seks. Aku hanya bisa pasrah menerima perlakuan itu.

“Mhhhh,… tempik lonte jilbaban ternyata enak… mhhhh…ouhhhh” racau pak Tatang saat penisnya terjepit dalam liang kenikmatan.

Pak Tatang yang telah lama menduda, dan selama ini memuaskan hasrat seksnya dengan pelacur pelabuhan, yang tentu saja tua-tua dan tidak higienis. Kini penis pak Tatang berkesempatan untuk menikmati liang vagina seorang wanita muda berjilbab, yang liang vaginanya selalu terjaga dan terawat. Bahkan pria kaya dan tampan pun belum tentu kuijinkan untuk bisa menjepitkan penisnya dalam lubang vaginaku, kecuali menikahiku, namun kini, seorang pesuruh kantor yang tua malah berkesempatan menikmati liang vagina miliku dengan gratis… ohhhhh… nasibku….

Bukan hanya liang vaginaku, penis pak Tatang pun kini telah merasakan pula jepitan lubang anusku. Kali ini tidak terlalu sakit… justru anehnya, akupun mulai menikmati permainan pak Tatang.

Pak Tatang menarik penisnya, lalu menarik jilbabku hingga kepalaku mendekat kearah penisnya. Tangan satunya sedikit mencekik leherku, sehingga mulutku terbuka, dan
“Akhhhhhh….” teriakan pak Tatang saat orgasme.

Crotttt… croootttttt… croottttt…. cairan putih hangat masuk seluruhnya ke mulutku. Bukan hanya itu, pak Tatang pun menyuruhku untuk menelan semua spermanya.

Hueekkkkkkk…. rasanya muak sekali. Namun aku terpaksa nampak sisa-sisa sperma mengalir dari sela-sela bibirku, hingga menambah noda di jilbab kremku. Sisa-sisa sperma yang ada di lantai dan sofa pun harus kujilati pula.

Semua adegan itu direkam oleh pak Tan. Pak Tan mengancam, jika aku melaporkan kejadian ini pada polisi, atau tidak mau menuruti kehendaknya, maka video itu akan tersebar. Kejadian di kantor saat itu barulah sebuah awal penderitaanku. Pak Tan ternyata menjualku pada para pria hidung belang, bukan sekedar untuk membayar hutangku, namun juga untuk membiayai bironya yang hampir bangkrut itu.

Dengan jilbab di kepala dan wajahku yang keibuan, banyak bos-bos yang rela merogoh koceknya dalam-dalam untuk diberikan pada pak Tan, demi memperoleh kesempatan menjepitkan penisnya ke dalam liang vagina dan anusku, dengan tetap mengenakan jilbabku. Aku heran, beberapa orang yang memakaiku justru lebih suka menganalku disamping menyodok vaginaku.

Ramuan keluarga yang aku gunakan membuat lubang anusku selalu sempit, bersih dan tidak berbau busuk. Bahkan lebih ‘menggigit’.

Bahkan pak Tan pernah sekedar iseng mengumpankanku pada sekelompok supir truk yang sedang mabuk, sehinga aku disetubuhi beramai-ramai di atas bak truk. Dia memasangiku kamera kecil, sehingga ia bisa merekamnya dari mobilnya yang parkir di suatu tempat.
Cerita Dewasa | Memberi Obat Perangsang Kepada Murid Ibu Ku

Cerita Dewasa | Memberi Obat Perangsang Kepada Murid Ibu Ku

CeritaDewasa - Ibu ku adalah salah satu guru disekolah elite di kawasan Pondok Indah, nah selain menjadi guru, beliau juga suka memberikan les di rumah tapi hanya untuk murid-murid yang beliau ajar di sekolah. Nah suatu waktu orang tua ku sedang keluar kota untuk beberapa minggu, datang lah seorang murid yang bernama Winda. Winda merupakan anak kelas 3 SMA di sekolah tersebut.


Winda memiliki muka yang sangat manis, dengan hidung mancung, bentuk wajah yang oval, serta bibir nya yang masih berwarna pink (yang menandakan bahwa bibir dia belum pernah dilumat, gumam aku dalam hati). Selain itu dia memiliki postur tubuh yang sangat sexy, dengan dihiasi rambut panjang hitam lebat.

Pada saat itu aku sudah mulai bercengkrama dengan dia, ternyata menurut ku dia anak yang baik serta sangat lah polos. Terlihat dari gaya tutur bicara dia, serta saat aku mulai membicarakan hal yang berbau sex maka dia meminta ku untuk berhenti membicarakan hal tersebut. Karna keasikan ngobrol aku pun lupa menawarkan dia minum.

Saat sedang membuatkan minum di dapur, aku teringat bahwa aku masih memiliki simpanan obat perangsang yang ku beli. Obat tersebut larut dengan air jeruk sesuai dengan permintaan Winda, namun tidak merubah warna maupun rasa. Setelah selesai membuat minuman tersebut, aku pun kembali keruang tamu sambil membawa kan air jeruk tersebut.

Kami pun mulai mengobrol kembali, aku mulai menanyakan hal-hal pribadi tentang dia. Ternyata benar saja, dia belum pernah melakukan hal-hal yang aneh dalam pacaran bahkan untuk ciuman saja belum pernah. Setelah 15 menit kami mengobrol, obat tersebut mulai bereaksi didalam tubuh nya. Winda mulai merasa sangat gerah bahkan ingin rasa nya untuk membuka baju.

Karena melihat tersebut, akhir nya aku mengajak nya ke ruang home theater yang ada dilantai 2. Saat itu aku menyetelkan video bokep yang telah aku siapkan saat membuat air jeruk tersebut.

Winda pun mulai semakin gelisah saat terlihat gambar seorang cewek sedang di jilat vagina nya. Aku pun mulai menciumnya, tidak ada perlawanan sama sekali. Kami bermain lidah hingga 10 menit. Dikala kami bermain lidah, aku mulai membuka BH dan celana dalamnya. Setelah dia bugil, kemudian aku membuka pakaianku sendiri.

Disaat aku sedang membuka pakaianku, dia mengusap-usap tubuhnya dan memainkan jari-jarinya di sekitar vaginanya sehingga membuatnya basah. Aku tidak tahan lagi maka kudekati vaginanya dan memainkan lidahku di dalam vaginanya.

Dan ternyata ini hari yang paling bahagia, karena ternyata Winda masih perawan. Aku tetap terus menjilat vagina dia secara terus menerus sehingga winda mulau mendesah, “Hmmm…,shhhh…., aaahhhh…”.

Aku pun semakin bersemangat mendengar desahan tersebut. Dan tidak berapa lama kemudian tubuh winda menjadi gemetar yang menandakan bahwa dia akan klimaks dan ternyata benar saja. Banyak sekali cairan yang keluar dari vagina dia, dan kemudian dia mulai terkulai lemas tak bertenaga.

Lalu karna melihat dia terkulai lemas, aku pun mulai memasukkan penis ku ke vagina nya. Ketika penisku merobek keperawanannya, ia berteriak kesakitan dan aku merasakan penisku telah dibasahi oleh darah segar keperawanannya, tapi aku tidak ambil peduli. Sambil kucium bibirnya yang seksi, tanganku bermain di puting susunya, juga kutusukkan penisku ke dalam liang vaginanya.

Teriakan yang tadi sempat terdengar kini sudah berubah menjadi desahan serta erangan-erangan tanda kenikmatan dan ternyata dia mulai aktif untuk menekankan pinggangnya untuk merasakan lebih dalam penis ku.endesah-desah sensual dan memintaku mempercepat gerakan.

Aku terus mempercepat gerakanku hingga dapat kurasakan vaginanya semakin basah. Ia memintaku mengubah posisi. Ia sekarang berada di atas. Dengan hati-hati ia menindihku dan memasukkan penisku yang masih tegang ke dalam liang vaginanya. Dengan posisi berbaring, kupeluk punggung Winda sambil menaik-turunkan tubuhnya sehingga aku merasa semakin nikmat karena pijitan vaginanya.

Aku semakin mempercepat gerakan sehingga membuat adegan yang kami lakukan semakin panas karena Winda terus menggenjot tubuhku sambil tangannya memainkan puting susunya sambil sesekali menekan-nekan payudaranya yang cukup besar itu.

Setelah setengah jam aku sodok secara terus menerus dan beberapa kali winda klimaks akhir nya aku mulai merasakan tanda-tanda akan mencapai puncak. Aku pun mulai mempercepat gerakannya dan kemudian “Crottt….Crottt…Crottt…”. Terasa sekali air peju ku keluar mengisi liang vagina Winda. Lalu aku mencium dia dan memeluk nya.

Setelah peristiwa tersebut aku sering melakukannya bersama Winda, baik itu dirumah ku atau pun di rumah dia.
Copyright © 2013 CERITA DEWASA +18 All Right Reserved - Share By Blogger Templates